Skip to content

4.3 Perubahan Fonem: Netralisasi dan Arkifonem

Perubahan fonem dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk netralisasi dan arkifonem. Kedua fenomena ini adalah bagian dari proses fonologis yang terjadi dalam bahasa untuk mengurangi perbedaan bunyi atau menyesuaikan bunyi agar lebih mudah diucapkan dalam konteks tertentu. Dalam bagian ini, kita akan mempelajari apa itu netralisasi dan arkifonem, serta bagaimana kedua fenomena tersebut berfungsi dalam bahasa Indonesia.

Netralisasi

Netralisasi adalah proses di mana perbedaan antara dua atau lebih fonem menjadi tidak relevan dalam konteks tertentu, sehingga fonem yang berbeda tersebut terdengar dan diartikan sama dalam kondisi tertentu. Dengan kata lain, dalam lingkungan fonologis tertentu, kontras antara dua fonem dapat hilang, dan kedua fonem tersebut menjadi satu.

Contoh Netralisasi

  1. Netralisasi Bunyi Konsonan pada Akhir Kata

    Dalam bahasa Indonesia, sering kali terjadi netralisasi pada konsonan yang berada di posisi akhir kata. Sebagai contoh, konsonan bersuara dan tidak bersuara sering kali tidak dibedakan lagi ketika berada di akhir kata karena perbedaan suaranya menjadi tidak relevan.

    • Contoh:
      • Dalam kata "hadap" dan "hadab," perbedaan antara /p/ (tidak bersuara) dan /b/ (bersuara) menjadi tidak terdengar di posisi akhir, sehingga bunyi keduanya tereduksi dan dianggap sama.
  2. Netralisasi Nasal

    Bunyi nasal juga dapat mengalami netralisasi dalam lingkungan tertentu. Misalnya, bunyi /n/ dan /ŋ/ dapat menjadi tidak terdengar berbeda dalam beberapa konteks, terutama ketika berada sebelum konsonan yang mirip secara artikulatoris.

    • Contoh:
      • Dalam kata "bangkit," bunyi /n/ berubah menjadi [ŋ] karena berdekatan dengan konsonan velar /k/. Pada akhirnya, perbedaan antara kedua bunyi ini menjadi tidak signifikan.

Faktor yang Mempengaruhi Netralisasi

  1. Lingkungan Fonetis: Netralisasi terjadi karena adanya pengaruh lingkungan fonetis yang menyebabkan bunyi tertentu menjadi tidak lagi memiliki kontras.

  2. Kemudahan Pengucapan: Netralisasi sering kali terjadi untuk memudahkan pengucapan, terutama di posisi akhir kata di mana perbedaan bunyi menjadi lebih sulit untuk dipertahankan.

Arkifonem

Arkifonem adalah representasi dari dua atau lebih fonem yang netralisasinya terjadi dalam konteks tertentu. Arkifonem adalah simbol yang digunakan untuk menunjukkan bahwa dua fonem tidak dibedakan dalam lingkungan tertentu dan menjadi satu bunyi netral. Dalam linguistik struktural, arkifonem digunakan untuk menandai bahwa pada titik tertentu, tidak ada perbedaan fungsional antara dua fonem.

Contoh Arkifonem

  1. Arkifonem /T/

    Dalam bahasa Indonesia, arkifonem sering digunakan untuk menunjukkan netralisasi antara fonem konsonan bersuara dan tidak bersuara di akhir kata. Misalnya, perbedaan antara /t/ dan /d/ bisa dinetralisir menjadi arkifonem /T/ di akhir kata.

    • Contoh:
      • Dalam kata "amat" dan "amad," bunyi /t/ dan /d/ tidak dibedakan lagi di akhir kata, sehingga keduanya dapat direpresentasikan dengan arkifonem /T/.
  2. Arkifonem Nasal

    Bunyi nasal yang mengalami netralisasi sebelum konsonan lain dapat direpresentasikan sebagai arkifonem /N/.

    • Contoh:
      • Dalam kata "bangkit" dan "sangkut," bunyi /n/ dan /ŋ/ dapat dinetralisir menjadi arkifonem /N/, karena keduanya berada di lingkungan yang menyebabkan perbedaan bunyi menjadi tidak relevan.

Penggunaan Arkifonem

Arkifonem digunakan untuk memudahkan analisis fonologis, terutama ketika perbedaan antara dua bunyi tidak lagi relevan dalam konteks tertentu. Dengan menggunakan arkifonem, linguist dapat lebih efisien menggambarkan pola bunyi tanpa harus mempertahankan perbedaan yang tidak bermakna.

Perbedaan antara Netralisasi dan Arkifonem

  1. Netralisasi mengacu pada proses di mana perbedaan antara dua fonem hilang dalam lingkungan tertentu, sehingga kedua bunyi tersebut dianggap sama.

  2. Arkifonem adalah simbol yang digunakan untuk menunjukkan hasil dari netralisasi tersebut, yakni representasi dari dua atau lebih fonem yang tidak dibedakan dalam lingkungan tertentu.

Contoh Netralisasi dan Arkifonem dalam Bahasa Lain

  1. Bahasa Inggris: Dalam bahasa Inggris, ada netralisasi antara bunyi /t/ dan flapping /ɾ/ dalam kata seperti "butter" ketika diucapkan dalam aksen Amerika. Kedua bunyi tersebut dapat dianggap memiliki arkifonem /T/ dalam konteks ini.

  2. Bahasa Jerman: Dalam bahasa Jerman, perbedaan antara /t/ dan /d/ sering kali dinetralisir di akhir kata, dan dapat direpresentasikan dengan arkifonem /T/.

Latihan Perubahan Fonem: Netralisasi dan Arkifonem

  1. Latihan Netralisasi:

    • Tentukan apakah terjadi netralisasi pada konsonan akhir dalam kata "amat" dan "amad." Jelaskan lingkungan fonetis yang menyebabkan terjadinya netralisasi tersebut.
  2. Identifikasi Arkifonem:

    • Dalam kata "bangkit" dan "sangkut," identifikasilah arkifonem yang digunakan untuk menggambarkan bunyi nasal sebelum konsonan velar.
  3. Analisis Penggunaan Arkifonem:

    • Jelaskan bagaimana penggunaan arkifonem dapat memudahkan analisis fonologis dalam kasus netralisasi bunyi konsonan bersuara dan tidak bersuara di akhir kata.

Kesimpulan

Netralisasi dan arkifonem adalah konsep penting dalam fonologi yang menunjukkan bagaimana perbedaan bunyi dapat menjadi tidak relevan dalam lingkungan tertentu. Netralisasi terjadi ketika dua fonem menjadi tidak dibedakan, sedangkan arkifonem digunakan sebagai representasi dari fonem-fonem yang telah dinetralisir. Memahami kedua konsep ini membantu kita dalam memahami struktur fonologis bahasa dan bagaimana bunyi berfungsi dalam konteks komunikasi yang lebih luas.