Skip to content

4.1 Khazana Fonem: Fonem Hentian

Fonem hentian, atau dikenal juga sebagai plosif, adalah salah satu jenis fonem konsonan yang dihasilkan dengan menutup saluran udara sepenuhnya untuk sementara waktu dan kemudian melepaskannya dengan cepat. Proses ini menghasilkan aliran udara yang terhenti dan dilepaskan secara tiba-tiba, memberikan karakteristik bunyi yang khas. Fonem hentian merupakan salah satu kelas konsonan yang paling umum dalam banyak bahasa, termasuk bahasa Indonesia.

Karakteristik Fonem Hentian

Fonem hentian memiliki beberapa ciri utama yang membedakannya dari jenis konsonan lainnya:

  1. Penutupan Sementara Saluran Udara: Saat menghasilkan fonem hentian, saluran udara di mulut ditutup sepenuhnya, sehingga tidak ada udara yang dapat keluar.

  2. Pelepasan Udara yang Cepat: Setelah saluran udara ditutup, udara dilepaskan dengan cepat, menciptakan ledakan kecil yang menghasilkan bunyi hentian.

  3. Dapat Bersifat Bersuara atau Tidak Bersuara: Fonem hentian dapat dihasilkan dengan atau tanpa getaran pita suara. Fonem hentian bersuara melibatkan getaran pita suara, sedangkan yang tidak bersuara tidak.

Klasifikasi Fonem Hentian Berdasarkan Tempat Artikulasi

Dalam bahasa Indonesia, terdapat beberapa fonem hentian yang diklasifikasikan berdasarkan tempat artikulasi, yaitu di mana penutupan saluran udara terjadi.

1. Bilabial (/p/, /b/)

Fonem hentian bilabial dihasilkan dengan kedua bibir menutup saluran udara.

  • /p/: Tidak bersuara

    • Contoh: "pintu" (/pintu/)
  • /b/: Bersuara

    • Contoh: "buku" (/buku/)

2. Alveolar (/t/, /d/)

Fonem hentian alveolar dihasilkan dengan ujung lidah menyentuh alveolar ridge (bagian belakang gigi atas).

  • /t/: Tidak bersuara

    • Contoh: "tanah" (/tanah/)
  • /d/: Bersuara

    • Contoh: "dada" (/dada/)

3. Velar (/k/, /g/)

Fonem hentian velar dihasilkan dengan bagian belakang lidah menyentuh langit-langit lunak (velum).

  • /k/: Tidak bersuara

    • Contoh: "kucing" (/kucing/)
  • /g/: Bersuara

    • Contoh: "gigi" (/gigi/)

4. Glotal (/ʔ/)

Fonem hentian glotal, atau glotal stop, dihasilkan dengan menutup pita suara sepenuhnya dan kemudian melepaskannya.

  • /ʔ/: Tidak bersuara
    • Contoh: Dalam beberapa dialek bahasa Indonesia, seperti kata "tak" (dengan hentian di akhir kata)

Fonem Hentian dalam Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia memiliki enam fonem hentian utama yang mencakup variasi bersuara dan tidak bersuara:

  1. /p/: Plosif, bilabial, tidak bersuara

    • Contoh: "pintu" (/pintu/)
  2. /b/: Plosif, bilabial, bersuara

    • Contoh: "buku" (/buku/)
  3. /t/: Plosif, alveolar, tidak bersuara

    • Contoh: "tanah" (/tanah/)
  4. /d/: Plosif, alveolar, bersuara

    • Contoh: "dada" (/dada/)
  5. /k/: Plosif, velar, tidak bersuara

    • Contoh: "kucing" (/kucing/)
  6. /g/: Plosif, velar, bersuara

    • Contoh: "gigi" (/gigi/)

Contoh Penggunaan dalam Kalimat

  • "Budi membawa pintu besar ke rumah." (/budi membawa pintu besar ke rumah/): Bunyi /p/ pada kata "pintu" merupakan hentian bilabial tidak bersuara.
  • "Gula dan kopi tersedia di dapur." (/gula dan kopi tersedia di dapur/): Bunyi /g/ pada kata "gula" adalah hentian velar bersuara, sedangkan /k/ pada "kopi" adalah hentian velar tidak bersuara.

Perbedaan antara Fonem Hentian Bersuara dan Tidak Bersuara

Fonem hentian dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya getaran pita suara saat dihasilkan:

  • Hentian Tidak Bersuara: Fonem seperti /p/, /t/, dan /k/ tidak disertai getaran pita suara. Ketika mengucapkan bunyi ini, tidak ada vibrasi yang dirasakan pada pita suara.

  • Hentian Bersuara: Fonem seperti /b/, /d/, dan /g/ disertai getaran pita suara. Getaran ini dapat dirasakan jika kita meletakkan tangan di tenggorokan saat mengucapkan bunyi tersebut.

Latihan Khazana Fonem Hentian

  1. Identifikasi Tempat Artikulasi:

    • Tentukan tempat artikulasi dari fonem hentian berikut: /b/, /d/, /k/.
  2. Klasifikasi Voicing:

    • Tentukan apakah fonem hentian dalam kata "gula" dan "pintu" bersuara atau tidak bersuara.
  3. Latihan Pengucapan:

    • Ucapkan kata-kata berikut dan rasakan getaran pita suara:
      • "batu": Apakah /b/ bersuara?
      • "tanah": Apakah /t/ bersuara?
  4. Analisis Distribusi Fonem Hentian:

    • Dalam kata "tak," mengapa terjadi hentian glotal? Jelaskan lingkungan fonetis yang menyebabkan kemunculan hentian ini.

Kesimpulan

Fonem hentian memainkan peran penting dalam bahasa Indonesia, baik sebagai pembentuk kata maupun pembeda makna. Fonem ini dihasilkan dengan menutup saluran udara dan kemudian melepaskannya secara cepat, yang menghasilkan bunyi yang khas. Dengan memahami karakteristik dan distribusi fonem hentian, kita dapat lebih memahami bagaimana bunyi bahasa bekerja dan bagaimana peran fonem hentian dalam komunikasi verbal.